Seringkali kita mendengar orang tua yang mengeluhkan anaknya yang
tidak menurut setiap kali disuruh belajar. Padahal sudah berkali-kali
dijelaskan padanya bahwa belajar itu untuk kebaikannya di masa depan.
Bermacam cara sudah ditempuh
si orang tua agar si anak mau belajar dengan tekun. Mulai dari
membujuknya baik-baik, memberi hadiah, sampai pada memarahi si anak,
bahkan ada yang sampai harus memukulnya. Semua cara itu sudah ditempuh,
tapi kenapa si anak tetap ogah-ogahan belajar?
Sebenarnya hal ini dapat diatasi jika orang tua si anak dapat
berempati padanya. Berempati pada si anak adalah mampu memahami perasaan
dan cara berpikirnya. Apa yang menyebabkannya tidak mau belajar? Apa
yang sedang dikerjakannya? Apa yang sedang dibutuhkannya? Orang tua
seharusnya dapat mengetahui hal-haltersebut di atas.
Biasanya seorang ibu sangat mampu berempati pada anaknya saat si anak
masih bayi. Ia mengerti apa yang diinginkan bayinya meskipun si bayi
hanya mampu menangis. Namun kemampuan ini semakin jarang digunakan saat
si anak mulai mampu berbicara dan mengungkapkan keinginannya. Si ibu
semakin sering mengatur si anak tanpa berusaha berempati lagi padanya.
Reaksi pertama si anak saat menghadapi situasi di mana orang tuanya
mulai tidak mengerti keinginan dan kebutuhannya adalah dengan menangis.
Ia belum bisa mengutarakan apa yang dia mau karena mengutarakan
keinginan adalah termasuk hal yang belum dikuasainya.
Jika orang tuanya justru memarahi dia, dia akan menurut. Tetapi dia
menurut supaya dia tidak lagi dimarahi. Jadi bukannya belajar pelajaran
tapi malahan belajar berpura-pura, berbohong serta bermacam taktik lain
untuk mendapatkan keinginannya. Jika hal ini yang terjadi
bertahun-tahun, tidaklah mengherankan jika saat ia dewasa dia menjadi
orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Tanpa disadari, justru orang tuanyalah yang membentuk karakter ‘jahat’ dalam diri seorang anak.
Orang tua seharusnya dapat terus berempati pada anak hingga ia
dewasa. Anak perlu diperkenalkan secara baik-baik pada dunia belajar.
Bagaimana mengasyikkan dan indahnya dunia belajar. Emosi yang timbul
saat berusaha mencari tahu sesuatu, serta serunya saat-saat dia
menemukan hal-hal baru dengan usahanya sendiri. Hal-hal tersebut yang
perlu dikenalkan pada sang anak melalui keteladanan.
Tunjukkan padanya bahwa orang tuanya betul-betul suka belajar dan
terus belajar. Janganlah menyuruhnya belajar sementara orang tuanya
menonton film dan sinetron di televisi serta tidak pernah terlihat sibuk
belajar. Lalu pahami bahwa mood anak belajar dapat naik-turun. Saat
mood-nya turun janganlah memaksanya belajar tetapi mengemas belajar ke
dalam kegiatan yang hendak dilakukannya. Orang tua memang harus siap
mengorbankan berbagai kesenangan untuk mendidik anak.
Jadi siapkah anda berempati pada anak serta mengorbankan kesenangan untuk memberi keteladanan?
Sumber : Buletin of PRODIGY
Sumber : Buletin of PRODIGY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar