Latar Belakang
Lidah mertua masuk ke Indonesia sekitar tahin 1980-an dengan jenis
laurentii dan trifasciata. Pamor lidah mertua semakin meroket karena
penelitian NASA yang menyebutkan, bahan aktif pregnan glikosida yang
terdapat di lidah mertua mampu menyerap 107 unsur yang terkandung dalam
polusi udara. Maka, tidak salah kalau kita dianjurkan untuk meletakkan
lidah mertua di dalam ruangan.
Selain bisa menghilangkan polusi, bentuknya yang meninggi dan tumbuh
bergerombol membuat sebagian orang menjadikan tanaman ini sebagai pagar.
Dibalik bentuk yang sederhana itu, lidah mertua juga dimanfaatkan
menjadi benang dan bahan anyaman. Bahkan seratnya ada yang ditenun
unutuk dijadikan pakaian. Pabrik tenun di Filipina misalnya, menggunakan
serat lidah yang dikombinasikan dengan serat nanas sebagai bahan baku
kain.
Sansevieria trifasciata |
Di beberapa negara maju, lidah mertua digunakan sebagai bahan dasar
parfum. Bila ingin membuktikan aromanya, cobalah berdiri di dekat lidah
mertua saat sore hari. Tanaman ini akan menghasilkan wewangian. Terlebih
ketika berbunga.
Antipolutan
Banyak
kota–kota di dunia memiliki kualitas udara yang buruk. Zat-zat pencemar
udara yang paling sering dijumpai di lingkungan perkotaan adalah SO2, NO dan NO2, CO, O3, SPM (Suspended Particulate Matter) dan Pb (Lead). Polutan-polutan tersebut juga menyebabkan hujan asam, global warming,
dan anomali iklim El Nino-La Nina yang merusak lingkungan hidup. Hal
ini menyebabkan filter polutan secara alami sudah jauh berkurang
sehingga menyebabkan kanker paru (Bronchogenic Carsinomas).
Kanker
paru di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak dengan
prognosis buruk. Kanker paru di perkotaan dapat disebabkan oleh paparan
polutan (xenobiotik). Polutan yang gagal dimetabolisme dengan
metabolisme xenobiotik akan menyebabkan mutasi pada gen supresor tumor.
Mutasi menyebabkan penonaktifan gen supresor tumor seperti gen p53.
Akibat hal ini maka sel paru menjadi sel kanker berprofeliferasi
sehingga menyebabkan terjadinya kanker paru.
Dari hasil studi literatur diketahui bahwa tanaman lidah mertua (Sansevieria sp) memiliki zat aktif pregnane glikosid (Purwanto, 2006). Polutan yang telah diserap kemudian dikirim ke akar, pada bagian akar, mikroba melakukan proses detoksifikasi. Proses detoksifikasi ini mempergunakan zat aktif pregnane glikosid. Melalui proses ini, mikroba akan menghasilkan suatu zat yang diperlukan
oleh tanaman seperti asam amino, gula, dan asam organik. Setelah
didetoksifikasi juga dihasilkan udara yang telah bersih.
Sansevieria sp mampu menyerap polutan derivat hidrokarbon seperti formaldehid sebanyak 0,938 mikrogram/jam, jadi untuk ruangan 100 m2 cukup ditempatkan Sansevieria laurentii dewasa berdaun 4-5 helai. Untuk ruangan dengan volume 100 m3 (panjang x lebar x tinggi = 5 x 5 x 4 m3) dapat ditempatkan Sansevieria dewasa sebanyak 5 helai sebagai penetralisir udara tercemar agar ruangan tersebut bebas polutan.
Konsep ecocity
mampu menyediakan lahan hijau terbuka yang lebih luas untuk ditanami
Sansevieria sp sehingga bisa mendukung untuk mengoptimalkan fungsi
Sansevieria sp. Selian itu kosen ini mampu meningkatkan kesdaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan.
Penangkal Radiasi
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita dikelilingi oleh berbagai radiasi.
Aktivitas yang kita lakukan dimana pun seperti di kantor, di lapangan,
di rumah, di pasar dan lain tempat, ternyata selalu ada radiasi. Radiasi
yang ada di sekitar kita ini dihasilkan oleh berbagai sumber energi.
Listrik, peralatan elektronik, panas, cahaya dan berbagai gelombang
elektromagnetik merupakan sumber radiasi yang sangat dekat.
Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi yang telah disebutkan di atas ke lingkungan sekitarnya tanpa memerlukan media. Sedangkan dalam istilah sehari-hari, radiasi selalu diasosiasikan sebagai radioaktif dan salah satu sumber radiasi pengion seperti reactor nuklir. Selain radiasi, banyak energi yang bisa dipindahkan dengan cara konduksi, kohesi dan konveksi.Radiasi sendiri terbagi menjadi dua golongan yaitu radiasi yang bersumber dari alam dan radiasi yang berasal dari buatan manusia.
Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi yang telah disebutkan di atas ke lingkungan sekitarnya tanpa memerlukan media. Sedangkan dalam istilah sehari-hari, radiasi selalu diasosiasikan sebagai radioaktif dan salah satu sumber radiasi pengion seperti reactor nuklir. Selain radiasi, banyak energi yang bisa dipindahkan dengan cara konduksi, kohesi dan konveksi.Radiasi sendiri terbagi menjadi dua golongan yaitu radiasi yang bersumber dari alam dan radiasi yang berasal dari buatan manusia.
Ada tiga sumber utama radiasi yang bersumber dari radiasi alam (bukan buatan manusia) yaitu :
1. Sumber radiasi kosmis
Berasal dari luar angkasa, sebagian dari ruang antar bintang dan juga matahari dengan berbagai jenis sinarnya. Radiasi dari sinar matahari mengandung energi yang sangat tinggi terutama sinar ultra violet. Apabila berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfir dapat membentuk inti radioaktif seperti Carbon-14, Helium-3, Natrium-22 dan Be-7. Besarnya tingkat radiasi dapat dipengaruhi oleh letak geografis suatu wilayah, ketinggian tempat dan langsung atau tidaknya radiasi diterima.
2. Sumber radiasi terrestrial
Secara alami radiasi dipancarkan oleh radionuklida dalam kerak bumi yang sudah ada sejak bumi terbentuk. Jenisnya adalah deret uranium, yaitu peluruhan berantai mulai Uranium-238, Plumbum-206, deret Actinium (U-235, Pb-207) dan deret Thorium (Th-232, Pb-208). Radiasi terbesar yang diterima manusia berasal dari Radon (R-222) dan Thoron (Ra-220) sebab kedua nuklida ini berbentuk gas sehingga mampu menyebar kemana-mana. Tingkat radiasi yang dipancarkan dipengaruhi oleh konsentrasi radiasi yang terdapat di kerak bumi, seperti di Pocos de Caldas dan Guarapari dari Brazil. Kemudian Kerala dan Tamil Madu di India serta Ramsar di Iran. Tempat tersebut memiliki pancaran radiasi di atas rata-rata.
3. Sumber radiasi internal yang berasal dari tubuh manusia sendiri
Sejak lahir manusia sudah mempunyai sumber radiasi, namun bisa dihasilkan oleh makanan, pernapasan dan luka yang terjadi di tubuh. Radiasi internal ini terutama diterima dari radionuklida C-14, H-3, K-40 dan Radon. Selain itu juga Pb-210 dan Po-210 yang terdapat pada ikan dan kerang-kerangan. Sedangkan buah-buahan biasanya mengandung radiasi dari unsur K-40.
Di samping radiasi yang berasal dari alam ada juga sumber radiasi yang dibuat manusia. Ini yang sering mendatangkan bahaya besar. Radiasi buatan telah diproduksi manusia sejak abad ke-20 dengan ditemukannya sinar-X oleh WC Rontgen. Saat ini banyak sekali jenis sumber radiasi buatan manusia baik yang berupa zat radioaktif atau sumber pembangkit radiasi lainnya seperti mesin sinar-X, komputer dll.Radioaktif dibuat berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron yang biasa disebut dengan reaksi fisi di dalam reactor atom. Radiasi buatan ini bisa memancarkan gelombang alpha, beta, gamma dan neutron.
Belakangan tren yang berkembang adalah adanya
reactor nuklir yang bisa mengakibatkan efek buruk apabila terjadi
kebocoran atau ledakan pada reaktornya. Tak sedikit pula yang
mengembangkannya menjadi senjata dengan berbagai jenisnya.Pengalaman di
Perang Dunia Kedua menunjukkan bahwa bom atom yang dijatuhkan AS di
Hiroshima dan Nagasaki Jepang sanggup memusnahkan kota dalam waktu
sekejap saja. Radiasi yang ditimbulkannya berakibat sangat buruk pada
diri manusia. Demikian pula dengan ledakan di reactor nuklir Chernobyl
dampaknya sangat dirasakan oleh mereka yang bertempat tinggal di sekitar
kawasan itu. Jadi sesungguhnya kita selalu bersentuhan dengan radiasi
dengan tingkat pancaran yang berbeda-beda.
Akibat paparan radiasi HP |
Cahaya matahari, komputer,
televisi, handphone, dan peralatan elektronik lainnya yang memancarkan
gelombang elektromagnetik merupakan sumber radiasi yang sudah lekat
dalam kehidupan dan aktivitas kita. Demikian pula dengan peralatan
perang serta alat kedokteran modern yang memanfaatkan gelombang
cahaya.Besarnya radiasi yang boleh diterima oleh mereka yang bekerja di
lingkungan radiasi tidak boleh melebihi 50 milisievert per tahun.
Sedangkan bagi masyarakat pada umumnya tak melebihi dari 5 milisievert
per tahun. Jika melebihi dari angka di atas dikhawatirkan akan berdampak
buruk bagi kesehatan diri manusia itu sendiri. Demikian ketentuan dari
International Atomic Energy Agency (IAEA)Karena radiasi sangat lekat
dalam kehidupan, maka kita perlu menjaga diri agar radiasi yang terdapat
di sekeliling kita itu tidak berdampak buruk bagi kesehatan.
Usaha
preventif lebih baik dilakukan, salah satunya adalah dengan cara
mengatur pemakaian peralatan yang memancarkan radiasi agar tidak
berlebihan dan jika perlu memasang alat anti radiasi .Konon tanaman yang
sering disebut sebagai "Lidah Mertua" bisa mengurangi dampak radiasi
dari peralatan elektronik di rumah kita karena fungsinya yang mampu
menyerap pancaran radiasi itu sendiri dari sumbernya. Sansevieria
andalan itu dari jenis Bolpho Pyllom asal Amerika. Jenis ini adalah
salah satu jenis sansevieria silindris langka yang biasa hidup di gurun
pasir (Sumber Depkes)
Obat untuk Kesehatan
Untuk kesehatan, getah lidah mertua dapat digunakan sebagai obat
antiseptik. Jika direbus, akarnya bisa dimnfaatkan untuk tonik penyegar
rambut dan obat wasir. Sedangkan bagian daunnya bila dibakar, bisa
menyembuhkan sakit kepala dan demam. Selain dibakar, daun juga dapat
direbus untuk perawatan diabetes.
Tanaman asli benua Afrika ini memiliki manfaat untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit dan menjaga kesehatan tubuh bagi manusia.
Seluruh bagian tanaman ini dapat dijadikan sebagai obat herbal, kata
Hj. Lien Said, Dewan Penasehat Komunitas Pencinta Sansievieria (tanaman
hias lidah mertua) Indonesia (KOMPENSASI), saat ditemui Sinar Tani di
Rumah Hortikultura, dalam pagelaran Agrinex Expo 2010, di Senayan,
Jakarta.
Beberapa penelitian Sansivieria menggolongkan tanaman ini termasuk
dalam material medika karena kandungan kimia dan efek farmakologis
secara klinis teruji positif dari daun, buah dan akar. Dari
penelitian-penelitian tersebut ditemukan Sansiviera memiliki kandungan
antiseptik di beberapa bagian tanamannya terutama pada daun, jelas
wanita yang juga memiliki usaha nursery di kawasan Jakarta Selatan ini.
Lien mengatakan jenis Sansievieria yang sangat baik untuk dijadikan
tanaman obat adalah dari jenis Sansevieria trifasciata 'lorenttii.
Menurut penelitian, bagian daun dari Sansivieria trifasciata lorentii
ini bisa dimanfaatkan untuk mengobati bengkak, penyakit kulit seperti
eksim, sakit gigi, wasir, pencegah flu, dan penawar racun dari binatang
berbisa.
Di daerah Afrika, sansevieria telah lama digunakan oleh
penduduk lokal sebagai penghalau racun akibat gigitan ular dan serangga.
Di beberapa daerah di negara-negara Asia, getah tumbuhan ini digunakan
sebagai cairan antiseptik dan daunnya digunakan untuk membalut luka pada
tindakan P3K, jelas Lien.
Untuk pemakaian obat luar, Lien mengatakan, daun Sansivieria yang telah
dicuci bersih kemudian digiling atau ditumbuk halus, kemudian
ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit. Dengan pemakaian daun
Sansievieria tumbuk ini, penyembuhan lukanya menjadi lebih cepat dan
lebih alami sehingga resiko efek samping bisa diminimalisir, jelas Lien.
Selain sebagai obat luar, Lien mengungkapkan, bahwa Sansieviera ini
juga bermanfaat untuk mengobati penyakit dalam seperti diabetes. Bagi
penderita diabetes, daun tanaman Sansevieria trifasciata 'lorenttii' ini
bisa menjadi obat alternatif. Cara penggunaannya, beberapa lembar daun
dipotong-potong dan direbus dengan tiga gelas air hingga mendidih dan
tersisa satu gelas. Sisa air rebusan ini kemudian diminum kepada
penderita, terang Lien.
Selain daun, bagian buah dan akar tanaman hias berdaun runcing ini juga
dapat digunakan sebagai obat-obatan. Bagian buahnya mengandung senyawa
astrigen yang menyejukkan sehingga dapat menurunkan panas, mencegah
peradangan, mengobati batu ginjal, radang tenggorokan dan peluruh urin.
Bagian Akarnya yang memiliki rasa tawar bermanfaat menurunkan tekanan
darah, mengobati diare, sifilis serta wasir.
Perawatan Lidah Mertua
Tanaman ini bisa hidup dengan paparan sinar matahari maupn di dalam
ruangan. Tapi bila ingin didimpan dalam ruangan, jangan lupa dijemur
seminggu sekali agar tanaman tetap segar. Penyiraman hanya perlu dilakukan 1-2 kali seminggu. Terlalu sering
menyiram justru akan membuat tanaman ini dihinggapi bakteri. Ketika
menanam juga pilih media tanam tanah, sekam bakar, pasir malang, dan
pakis. Untuk pemupukan, lidah mertua cocok dengan pupuk yang lambat urai seperti Osmocote, Dekastar, dan Magamp.
Diolah dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar