“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.”
(Q.S Ali Imran 3 : 190 – 101)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah
menyuruh manusia untuk berfikir, maka pengejawantahannya adalah mencari
logika bagaimana segala sesuatu atau suatu fenomena itu terjadi,
sebagaimana hukum alamnya : ada akibat pasti ada sebab. Karena segala
sesuatu pasti ada ilmu dan penjelasannya. Kun Fayakuun tidak bisa
difahami kaku dengan suatu kejadian tiba-tiba. Kun Fayakuun merupakan
rangkaian kejadian rasional melalui proses alamiah, ilmiah, bisa
dipertanggung-jawabkan eksistensinya (reasonable). Allah tidak
menciptakan sesuatu HANYA dengan mengatakan Kun Fayakuun.
Allah tidak akan pernah mungkin
mengingkari sunahNya sendiri. Alam semesta yang terhampar yang begitu
luas dengan miliaran galaksi dan miliaran tata surya. Bahkan bumi yang
merupakan setitik debu dari hamparan kosmik ciptaann-Nya ini terlalu
rumit kalau tercipta HANYA dengan kalimat kun fayakuun.
Jika kita benar-benar berfikir dan
meneliti dari Al-Qur’an, ternyata kalimat Kun Fayakuun tidak difahami
sempit seperti japa mantra. Misalnya kejadian langit-bumi dan seluruh
isinya dan juga kejadian manusia mulai Nabi Adam yang “dilahirkan” tanpa
bapak ibu, Nabi Isa yang “dilahirkan” tanpa bapak, hingga manusia yang
lahir secara alamiah melalui pembuahan sperma dan ovum di dalam rahim
seorang perempuan. Demikian pula kejadian alam lainnya seperti kejadian
langit-bumi, gunung, lautan, awan, hujan, pembentukan benua, evolusi
hewan dan tetumbuhan dan lain-lain yang menakjubkan kejadiannya.
Kesemuanya itu terwujud melalui serangkaian proses dari Kun fayakuun.
“Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy untuk mengatur segala
urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada
izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah Tuhan kamu, maka sembahlah
Dia. Maka, apakah kamu tidak mengambil pelajaran?“.
(Q.S Yunus 10 : 3).
(Q.S Yunus 10 : 3).
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
(Q.S. Al-Hijr 15:28)
(Q.S. Al-Hijr 15:28)
“Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
“Jadilah”, maka jadilah dia.“
(Q.S. Ali ‘Imran 3 : 59)
(Q.S. Ali ‘Imran 3 : 59)
Sekelumit ayat diatas bisa dipahami bahwa
semua ciptaan Allah terdapat PROSES yang logis. Kun Fayakuun tidak
difahami seperti tukang sulap yang mengucap ‘mantra’ mistis yang
berbunyi : Simsalabim Abrakadabra maka apapun yang dikhayalkan dan
diinginkannya langsung terjadi. Kun Fayakuun bukanlah mantra Simsalabim
Abrakadabra dari tukang sulap yang mengandalkan gerakan tangan menipu
mata penontonnya. Semua fenomena Kun Fayakuun bukan tipuan mata, tetapi
fakta.
Tukang sulap tak pernah mengajak
penontonnya memahami fenomena “ajaib” dalam adegan sulapnya. Bahkan tak
ada pelajaran yang bisa dipetik dari mekanisme tipuan itu. Kalau
sekiranya Allah Yang Maha Kuasa mencipta hanya dengan mengatakan “mantra
sakti” ini, lalu pelajaran dan hikmah apa yang bisa dipetik dari proses
penciptaan jagat raya beserta isinya yang maha dahsyat ini ? Jawabannya
adalah “TIDAK ADA”.
Allah menciptakan langit dan bumi supaya
manusia berfikir bahwa pada semua ciptaannya itu terdapat tanda-tanda
(ayat) yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmah. Sehingga intelegensi
dan spiritualias kita sampai pada keimanan yang paripurna dengan
berikrar : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Namun sebagian besar dari kita hanya bisa
meyakini secara buta ketika logika/ilmu kita tidak atau belum mampu
memahami bagaimana suatu fenomena terjadi. Ungkapan-ungkapan semisal :
“Sudahlah nggak usah dipikirin, cukup diimani saja, Allah kan Maha
Berkehendak, kalau Allah menghendaki terjadi ya terjadilah . . . “,
sering diajarkan dan terpatri dalam mindset kita. Akibatnya akan
terbentuk generasi-generasi yang malas untuk berfikir dan selalu
mengharapkan terjadinya keajaiban baik melalui mantra ataupun melalui
hal-hal mistis lainnya. Karena mengharapkan keajaiban lebih mudah
dibandingkan berfikir dan berusaha/berbuat.
Pemahaman seperti ini juga berlaku
terhadap mukjizat yang dianugerahkan kepada para Nabi dan Rasul.
Mukjizat lebih lazim dipahami secara umum sebagai kejadian/kelebihan di
luar akal manusia yang tidak dimiliki oleh siapapun, karena mukjizat
adalah suatu KEAJAIBAN khusus hanya dimilki oleh para rasul yang
diberikan oleh Allah kepada para rasul-Nya. Padahal jika kita melihat
dan memahami secara menyeluruh, fenomena mukjizat juga bisa dijangkau
oleh akal dan bisa dijelaskan dalam tatanan dunia sains dan teknologi.
Salah satu contohnya adalah bagaimana kita menjelaskan fenomena mukjizat
Nabi Muhammad Saw yaitu Isra’ Mi’raj. Bagaimana mungkin Rasullulah
melakukan perjalanan dari Mekah ke Palestina, untuk kemudian
di-mi’raj-kan ke Sidratul Muntaha pulang pergi dalam satu malam ?
Jawabannya adalah sangat tidak mungkin kecuali dengan “KEKUATAN”.
Ahlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an, beliau
adalah orang yang paling sempurna dalam mengejawantahkan isi Al-Qur’an
dalam kehidupan sehari hari untuk menjadi contoh bagi umatnya. Termasuk
diantaranya adalah Q.S Ar-Rahman 55 :33
“Wahai
golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan
bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan
kekuatan.”
Rasulullah adalah orang yang sangat mampu
menjalankan ayat diatas terlebih lagi bahwa beliau adalah Rahmatan lil
‘alamiin. Itu berarti bahwa Rasulullah adalah orang yang mempunyai
tingkat penguasaan energi yang sempurna sehingga dengan kekuatannya
sangat memungkinkan sekali untuk bisa menembus seluruh penjuru langit
dan bumi. Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kekuatan
seperti apa yang bisa meng-isra’mi’raj-kan Rasulullah dalam satu malam ?
apakah kekuatan yang dimaksud adalah sebuah teknologi ? teknologi
teleportasi-kah yang dimaksud ? apa hubungannya teleportasi dengan
blackhole atau wormhole ? Apakah maksud dari “jalan-jalan” pada Q.S.
Adz-Dzariyat 51 : 7 adalah blackhole atau wormhole ? Atau cukuplah kita
mengatakan “cukup imani saja, nggak usah dipikirkan, jika Allah
berkehendak terjadi maka terjadilah !”.
Sekali lagi, Allah bukanlah tukang sulap.
Dia menjabarkan “rahasia-Nya” dengan meninggalkan berbagai pertanyaan
di benak kita. Untuk itu, kita disuruh untuk berusaha menguak dan
menemukan “misteri” dari setiap jengkal ciptaan-Nya dengan cara BERFIKIR
secara logis dan bukan berfikir secara mistis. Jagat raya dan juga
segenap maha karya yang terhampar ini adalah dalil-dalil yang maha sahih
sebagai bukti akan eksistensi-Nya.
Sumber : HaInfo
Kalau mukjizat tongkat musa jadi ular seperti yang tertera di al qur'an termasuk kun fayakun ngga ? mohon pencerahan #salam kenal
BalasHapusTongkat Nabi Musa adalah bagian dari sebuah teknologi yang bisa merubah DNA tongkat menjadi DNA ular. Bukti bahwa jaman dahulu tidaklah primitif !
HapusSubhanallah...
BalasHapusizin men-share ya akang/ teteh :)
BalasHapusAsalamu Alaikum Kang,
BalasHapusMau tanya kenapa gambar Kun Fayakuun dia atas memakai simbol pyramid terpotong atau tidak sempurna yang di atasnya ada symbol eye of horus (all seeing eye)
Konon Pyramida terpotong symbol illuminati dan freemason yang
mengagungkan lucifer.
Atau??? apakah salah satu strategi keturunan bangsa antan juga freemason & illuminati
Hatur Nuhun Pisaannnn
illuminati itu dulu sebenarnya adalah lambang kebaikan. illuminati itu sendiri kan artinya 'yang tercerahkan" maksudnya adalah yang tercerahkan menuju jalan Yang Maha Kuasa. Lambang mata satu sendiri adalah pemerintahan yang diawasi oleh Yang Maha Satu (AHAD) . namun seiring dengan berjalannya waktu image illuminati menjadi image yang buruk dan identik sebagai konspirasi pada keburukan.
HapusSubhanallah sangat bermanfaat. ^.^
BalasHapusDitunggu kunjungannya.