Senin, 28 November 2011

KHRAKATVA

Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda
KHRAKATVA merupakan pintu masuk atau portal untuk mengambil KRAIMAN. Dikenal sebagai KRAKATOA atau KRAKATAU. Portal ini merupakan pintu masuk TANNUR. KRAKATOA adalah tempat penyimpanan KRAIMAN sekaligus portal BARQHA.
Gunung krakatau tepatnya gunung anak krakatau yang merupakan gunung krakatau muda krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883

Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat. Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.

Gunung Krakatau Purba
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik. Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan: “Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.

Gunung Batuwara
Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ” Pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.  Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi. Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.

Munculnya Gunung Krakatau
Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau. Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.

Gunung Anak krakatau
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut. Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.

Anak Krakatau, Februari 2008
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.

Erupsi Krakatau 1883
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu. Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah. Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut. Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.



PHOTON




PHOTON merupakan tenaga yang dihasilkan oleh benturan anti-materi sehngga menghasilkan tenaga yang luar biasa.

Photon adalah sebuah partikel dasar (yang artinya sebuah partikel yang gak bisa diuraikan lagi). Photon dikenal sebagai unit terkecil dalam bidang elektromagnetik, sehingga dia dikenal sebagai unit dasar buat cahaya dan force elektromagnetik. Yang menarik dari photon adalah kalau ia punya ciri gelombang dan juga punya ciri sebuah partikel. Ini maksudnya, photon bisa dibias oleh lensa, bisa berinteferensi dengan gelombang lain, dan dia juga bisa dideteksi ketika dianalisis sebagai sebuah partikel.

Ciri-Ciri Photon

Photon adalah partikel yang unik karena dia tidak punya massa (ini menyebabkan dia tidak punya inersia dan gravitasi). Photon juga tidak punya electric charge (artinya tidak ada photon yang bermuatan positif atau negatif). Selain itu, photon juga tidak bisa luruh seperti halnya partikel radioaktif lain. Di ruang vakum, photon bergerak dengan kecepatan cahaya 300 juta meter per sekon. Energi dan momentum photon ditentukan hanya oleh frekuensinya. Kecepatan photon bisa berkurang bila dia melewati material lain yang bukan vakum (contohnya di dalam air, photon melambat).

Dari mana photon tercipta?

Photon bisa tercipta dari beberapa proses alami: Photon tercipta ketika sebuah partikel yang bermuatan dipercepat. Photon tercipta ketika elektron dalam sebuah atom berpindah level. Photon tercipta ketika matter dan antimatter bertemu, bertabrakan, dan saling menghilangkan dan melepas energi besar yang berupa photon.

Penjelasan dari proses yang kedua (Photon tercipta ketika elektron dalam sebuah atom berpindah level.)

Kita tahu sebuah atom terdiri dari inti atom yang berisi neutron (tak bermuatan) dan proton (bermuatan positif). Lalu ada elektron (bermuatan negatif) yang bergerak mengelilingi inti tersebut. (catatan : di mekanika kuantum, kelakuan elektron jauh lebih aneh dari pada sekedar mengelilingi, tapi agar mempermudah, anggap saja dulu elektron mengelilingi inti atom walau sebenarnya tidak.).

Orbit elektron yang mengelilingi inti itu ada beberapa lapis. Dari lapis terdalam sampai lapis terluar, ada jumlah elektron yg berbeda (tergantung jenisnya). Semakin jauh dari inti, semakin besar energi yang dimiliki elektron itu.

Ketika sebuah elektron melompat dari lapis satu ke lapis lainnya, dibutuhkan/dilepaskan energi. Jika elektron melompat dari lapis dalam ke lapis luar, mereka memerlukan energi, sebaliknya jika elektron melompat dari lapis luar ke lapis dalam, mereka membuang energi, energi yang dibuang ini adalah sebuah paket kecil berupa energi cahaya, yang diberi nama photon.

Proses ketiga ini : Photon tercipta ketika matter dan antimatter bertemu, bertabrakan, dan saling menghilangkan dan melepas energi besar yang berupa photon.

Diduga inilah proses yang pertama kali menghasilkan photon ketika cahaya terbentuk 380 ribu tahun setelah big bang. Pada saat universe terbentuk, jumlah anti matter dan matter hampir sama banyaknya. Mereka bertabrakan satu sama lain, sehingga jumlah photon yang dihasilkan pada awal mula itu sungguh sangat banyak.

ORIGOM



ORIGOM merupakan sebuah bintang yang dijadikan patokan untuk  perhitungan perputaran kalender Galaksi LAGRAVEN (Galaksi Bima Sakti) dimana perhitungan ini dilakukan dari setiap perputaran bintang yang ada di galaksi. Bintang ORIGOM tidak memiliki planet seperti tata surya dan Bintang ORIGOM tidak dibahas besarnya namun dilihat dari revolusinya. Semua galaksi termasuk Galaksi LAGRAVEN (Galaksi Bima Sakti) berputar dari kanan ke kiri. Untuk saat ini, 1 ORIGOM atau satu periode putaran galaksi adalah 5.125 tahun 236 hari. Sekarang Galaksi LAGRAVEN (Galaksi Bima Sakti) berumur sekitar 435 ORIGOM semenjak tanggal 21 Desember 2012. Jadi yang terjadi pada tanggal 21 Desember 2012 adalah Reset ORIGOM yaitu kembali kewaktu ke 0 yang berarti jumlah tahun se-ORIGOM sudah selesai, dan setelah itu mulai lagi dari 0. Perhitungan 1 OROGOM  selalu mengalami perubahan karena Galaksi LAGRAVEN (Galaksi Bima Sakti) sampai sekarang masih memuai.

LAGRAVEN / Bima Sakti / Milky Way selalu berputar dari kanan ke kiri (Berlawanan arah jarum jam)
Bintang ORIGOM  dijadikan patokan karena revolusinya terhadap galaksi lebih cepat dibanding yang lain. Bintang ORIGOM tidak satu, tapi sekitar 5-6 membentuk formasi tertentu, namun formasinya tidak garis lurus. Satuan perhitungan ini digunakan pula oleh bangsa TARX, MOSRAM, ZNEZNELA, BROPA dan merupakan bahasa antar galaksi yang digunakan oleh bangsa TARX, MOSRAM, ZNEZNELA dan BROPA. Jejak peninggalan mengenai ORIGOM dapat dilihat di kebudayaan Maya yang diberi bocoran oleh bangsa MOSRAM. Perhitungan kalender Suku Maya menggunakan Bintang ORIGOM yang letaknya paling dekat dengan pusat galaksi, sedangkan perhitungan tersebut diatas menggunakan Bintang ORIGOM terjauh. Bintang ORIGOM sebenarnya mampu dilihat oleh teleskop jaman sekarang. Karena teleskop mampu menjangkau galaksi lain. Sedangkan Bintang ORIGOM masih di Galaksi LAGRAVEN (Milky Way).

Kalender Suku Maya
ORIGOM  & Situs Gunung PADRANG
Di Indonesia terdapat sebuah Situs yang bernama Situs Gunung PADRANG yang merupakan menara pusat informasi perhitungan ORIGOM dan prediksi bencana alam yang usianya lebih tua dari Kalender Suku Maya. Di sekitar daerah Gunung PADRANG  terdapat sekitar 5 buah piramid berbentuk segi empat dimana piramid Situs Gunung PADRANG berada ditengahnya. Kempat buah piramid tersebut sebenarnya merupakan sebuah pemancar yang mengirimkan sinyal yang terletak ditengahnya sedemikian rupa sehingga  membentuk sebuah piramida, untuk kemudian sinyal itu ditembakkan ditembakkan keatas menuju ke Bintang ORIGOM.

Situs Piramida Gunung PADRANG Cianjur Indonesia
Selain itu dibawah Gunung PADRANG terdapat pasir ORIGOM yang dapat menyerap air, dan dapat merasakan getaran-geteran di dalam bumi, sehingga dapat mendeteksi datangnya bencana. Mekanisme untuk pendeteksi bencana adalah air yang mengalir dalam generator yang berada di dalam piramida tersebut ditarik ke atas oleh pasir ORIGOM lalu diolah datanya. Sifat air yang mengalir tidak terputus dan akan terkoneksi dengan seluruh aliran air di ARDH GRUMMA (Planet Bumi). Fungsi air adalah media merambatnya informasi dari seluruh bagian dunia, melali jaringan aliran sungai bawah tanah. Informasi yang terdapat di air ini kemudian ditransfer ke piramida PADRANG dengan mekanisme pasir ORIGOM. Pasir ORIGOM dikelilingi oleh batuahn khusus. Jadi batuan inilah yang dimaksud sebagai generatornya lalu batu yang tersusun seperti bola berfungsi sebagai pemancarnya. Sehingga, bebatuan di kompleks Gunung PADRANG "menyambungkan" badan bumi dengan 'sinyal angkasa" ORIGOM. Gelombangnya seperti tulisan LEMURIAN, yaitu perpaduan antara transversal dan longitudinal yang merupakan pola umum se-jagadraya, yang juga seperti untaian DNA dan karenanya, selaras dengan tubuh manusia.

Teknis mendeteksi ORIGOM di Situs Gunung PADRANG adalah sebagai berikut :

Ketika sinyal dari mekanisme di dalam perut Gunung PADRANG mulai melesat menembus atmosfir dan memantul menuju bintang ORIGOM, seorang yang menjadi operator yang disebut KHULNAKA akan bisa menterjemahkansecara holographic gambaran perbintangan, sehingga bisa menentukan apa saja yang harus diperbuat untuk masa tanam setiap tahun untuk menjaga keseimbangan alam, juga mendeteksi kebencanaan. Kemampuan seorang KHULNAKA bisa lebih canggih dari Teleskop Hubble, karena memiliki kemampuan mendeteksi secara dini kebencanaan dengan pantulan dari ORIGOM RAY atau cahaya Bintang ORIGOM. Atau dengan kata lain bisa menangkap berbagai macam fenomena seputar Galaksi LAGRAVEN (Galaksi Bima Sakti).

Sumber : Glosarium Novel Trilogy ARKHYTIREMA
Catatan : Tulisan berjudul ORIGOM ini sudah diperbarui tanggal 23 Mei 2013







VAPVA

 
VAPVA
VAPVA adalah sebutan pulau PAPUA pada zaman LEMURIAN 2,5%.

Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama JANGGI.

Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang.

Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju.

Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari beberapa bulan yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.

Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua.

Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.

Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah.

Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia. Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan “dunia yang hilang”,dan “Taman Firdaus di bumi”, dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.


Iklan

Komentar Terbaru

Prodimaar