Abdul Ghaffar A.K.A Christiaan Snouck Hurgronje |
Di dalam sejarah tanah air kita tercatat seorang yang bernama Christiaan Snouck Hurgronje (lahir
di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857 – meninggal di Leiden, 26
Juni 1936 pada umur 79 tahun) adalah orientalis Belanda. Tamat sekolah
menengah, dia melanjutkan ke Universitas Leiden untuk mata kuliah
Ilmu Teologi dan Sastra Arab, 1875. Lima tahun kemudian, dia tamat
dengan predikat cum laude dengan disertasi Het Mekaansche Feest (Perayaan
di Mekah). Tak cukup bangga dengan kemampuan bahasa Arabnya, Snouck
kemudian melanjutkan pendidikan ke Mekkah, 1884. Di Mekkah, keramahannya
dan naluri intelektualnya membuat para ulama tak segan membimbingnya.
Dan untuk kian merebut hati ulama Mekkah, Snouck memeluk Islam dan
berganti nama menjadi Abdul Ghaffar.
Namun,
pertemuan Snouck dengan Habib Abdurrahman Azh-Zhahir, seorang keturunan
Arab yang pernah menjadi wakil pemerintahan Aceh, kemudian "dibeli"
Belanda dan dikirim ke Mekkah, mengubah minatnya. Atas bantuan Zahir
dan Konsul Belanda di Jeddah JA. Kruyt, dia mulai mempelajari politik
kolonial dan upaya untuk memenangi pertempuran di Aceh. Sayang,
saran-saran Habib Zahir tak ditanggapi Gubernur Belanda di Nusantara.
Karena kecewa, semua naskah penelitian itu Zahir serahkan pada Snouck
yang saat itu, 1886, telah menjadi dosen di Leiden.
Habib Abdurrahman Azh-Zhahir (1878) |
Snouck
seperti mendapat durian runtuh. Naskah itu dia berikan pada kantor
Menteri Daerah Jajahan Belanda. Snouck bahkan secara berani menawarkan
diri sebagai tenaga ilmuwan yang akan dapat memberikan gambaran lebih
lengkap tentang Aceh.
Pada 1889, dia menginjakkan kaki
di Pulau Jawa, dan mulai meneliti pranata Islam di masyarakat pribumi
Hindia-Belanda, khususnya Aceh. Setelah Aceh dikuasai Belanda, 1905,
Snouck mendapat penghargaan yang luar biasa. Setahun kemudian dia
kembali ke Leiden, dan sampai wafatnya,26 Juni 1936, dia tetap menjadi
penasihat utama Belanda untuk urusan penaklukan pribumi di Nusantara.
Sosok
Snouck memang penuh warna. Bagi Belanda, dia adalah pahlawan yang
berhasil memetakan struktur perlawanan rakyat Aceh. Bagi
kaum orientalis, dia sarjana yang berhasil. Tapi bagi rakyat Aceh, dia
adalah pengkhianat tanpa tanding. Namun, penelitian terbaru menunjukkan
peran Snouck sebagai orientalis ternyata hanya kedok untuk menyusup
dalam kekuatan rakyat Aceh. Dia dinilai memanipulasi tugas keilmuan
untuk kepentingan politik.
Selain tugas memata-matai Aceh,
Snouck juga terlibat sebagai peletak dasar segala kebijakan kolonial
Belanda menyangkut kepentingan umat Islam. Atas sarannya, Belanda
mencoba memikat ulama untuk tak menentang dengan melibatkan massa. Tak
heran, setelah Aceh, Snouck pun memberi masukan bagaimana menguasai
beberapa bagian Jawa dengan memanjakan ulama.
Demikianlah sosok Snouck Hurgronje yang dianggap sosok kontroversial khususnya bagi kaum muslimin Indonesia, terutama kaum muslimin Aceh.
Pada
tanggal 9 Juli 1891, Snouck ke Aceh, bahkan menetap di Kutaraja
(kini Banda Aceh). Ia menjadi orang "kepercayaan" Joannes Benedictus van
Heutsz, jenderal Aceh yang kemudian menjabat Gubernur Jenderal Hindia
Belanda (1904-1909). Pengamatannya menghasilkan tulisan Atjeh Verslag,
berisi laporan kepada Belanda tentang alasan mengapa Aceh harus
diperangi. Sekitar tujuh bulan kemudian kembali ke Batavia. Pekerjaannya
bertambah menjadi Penasihat urusan Pribumi dan Arab. Lembaga yang
didirikan 1899 ini bisa dipandang sebagai cikal bakal Departemen Agama.
Selama
tujuh bulan Snouck berada di Aceh, sejak 8 Juli 1891. Di Aceh, dia
dibantu beberapa orang pelayannya. Baru pada 23 Mei 1892, Snouck
mengajukan Atjeh Verslag, laporannya kepada pemerintah Belanda
tentang pendahuluan budaya dan keagamaan, dalam lingkup nasihat strategi
kemiliteran Snouck. Sebagian besar Atjeh Verslag kemudian diterbitkan dalam De Atjeher dalam
dua jilid yang terbit 1893 dan 1894. Dalam Atjeh Verslag-lah pertama
disampaikan agar kotak kekuasaan di Aceh dipecah-pecah. Itu berlangsung
lama, karena sampai 1898, Snouck masih saja berkutat pada perang
kontra-gerilya.
Nasehat Snouck mematahkan perlawanan para
ulama, karena awalnya Snouck sudah melemparkan isu bahwa yang berhak
memimpin Aceh bukanlah uleebalang, tapi ulama yang dekat dengan
rakyat kecil. Komponen paling menentukan sudah pecah, rakyat berdiri di
belakang ulama, lalu Belanda mengerasi ulama dengan harapan rakyat yang
sudah berposisi di sana menjadi takut. Untuk waktu yang singkat, metode
yang dipakai berhasil.
Snouck mendekati ulama untuk bisa memberi fatwa agama. Tapi fatwa-fatwa itu berdasarkan politik Divide et impera.
Demi kepentingan keagamaan, ia berkotbah untuk menjauhkan agama dan
politik. Selama di Aceh Snouck meneliti cara berpikir orang-orang secara
langsung. Dalam suratnya kepada Van der Maaten (29 Juni 1933), Snouck
mengatakan bahwa ia bergaul dengan orang-orang Aceh yang menyingkir ke
Penang.
Namun taktik
Divide et Impera jarang sekali ahli sejarah membahasnya secara detail,
padahal itu sangat penting agar masyarakat menjadi waspada . Sekarang
akan dibahas salah satu taktik atau cara pemecahbelahan umat yang sangat
ampuh dan terbukti masih dipakai sampai sekarang. Bagian terpenting
dari politik Divide et Impera adalah Aanzetten ( Mendorong/Menghasut ).
Cara
ini terbilang sangat ampuh dan akan langsung mengenai sasaran pada
masyarakat yang sudah jauh dari Tabayyun atau Konfirmasi , juga akan
langsung diterima oleh mereka yang tidak mau berpikir secara baik .
Allah SWT bewrfirman :
"Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu."(QS. Al Hujuraat 6)
Firman Allah SWT
yang memerintahkan agar kita selalu Tabayyun atau konfirmasi seharusnya
kita junjung tinggi sebagai umat Islam , agar kita selalu damai dan
tidak terjadi salah paham , dan tidak menyebabkan musibah pada suatu
kaum . Akan tetapi kenyataannya sekarang , banyak sekali tokoh agama dan
di masyarakat umum sekalipun , seolah-olah ayat ini hanya sekedar
hafalan dan hiasan saja , makna dari perintah Sang Maha Pencipta tidak
diindahkan sama sekali . Penghasutan dan pembentukan opini ini biasanya
terjadi pada sebuah kelompok atau organisasi yang semakin membesar , dan
mulai mengancam keberadaan kelompok atau organisasi lain .
Contoh
kejadian , ini terjadi pada sebuah organisasi bernama Hikmatul Iman.
Organisasi ini dibentuk pada pada tahun 1987 lalu di bulan April 1989
dibuatlah menjadi sebuah Yayasan bernama Hikmatul Iman. Kiprah awal
adalah mengajarkan Bela Diri dan dikenal pula dengan nama LSBD Hikmatul Iman. Namun seiring perkembangan zaman dan juga tujuan awal dari
Hikmatul Iman adalah Syi'ar Islam dan memakmurkan umat, maka agar
tujuan tersebut bisa terealisasi dengan baik, proses adaptasi dengan
berbagai kelompok di masyarakat harus dilakukan. Ini sangat penting
mengingat banyak sekali kelompok di masyarakat yang memiliki pengertian
berbeda di dalam segala hal, misalnya pada pengamat ruang angkasa,
kita harus berbicara dengan bahasa mereka, atau pada seorang pengamat
UFO , kita tidak berbicara dengan bahasa lain selain bahasa yang
"menyambung" dengan mereka. Semakin lama Organisasi ini semakin
membesar karena mengedepankan aplikasi, dan mulai merambah pada bidang :
Kesehatan , Teknologi, Budaya, Peradaban, dan sebagainya. Islam
adalah rahmat bagi alam semesta, inilah yang terus diperjuangkan dalam
bentuk "karya nyata".
Mulailah banyak pihak yang merasa
terganggu, karena mungkin mengganggu eksistensi atau keberadaan . Sejak
awal berdiri pun sebetulnya sudah banyak orang yang menjelek-jelekkan,
ironisnya kebanyakan muncul dari pihak yang "katanya" mengedepankan
Islam. Kejadian terakhir terjadi di salah satu kota di Jawa Barat,
dimana sampai MUI kota tersebut mengeluarkan pernyataan tentang
kejanggalan pemikiran pendiri Hikmatul Iman dan kegiatan Himatul Iman di
bekukan di salah SMAN kota itu. Ini tidak akan terjadi apabila
perintah Allah SWT mengenai Tabayyun ini dijalankan, bahkan ketika dari
pihak Hikmatul Iman mendatangai Ketua MUI nya untuk konfirmasi beliau
menjaab dengan enteng "Ngarah Jempling" atau "Biar Hening" pihak yang
setiap hari menekannya untuk menandatangani surat pernyataan.
Namun
ada juga sikap yang wajib di contoh oleh semua kalangan agamawan.
Sebuah Pesantren di Kota itu yang bernama Al-Ikhlas tidak terhasut,
meskipun "sang penghasut" mengaku sebagai "pengamat aliran sesat".
Ketika disuruh menandatangani pernyataan, salah satu pimpinan Pesantren
itu menolak . Inilah unsur kehati-hatian yang sangat baik dari ajaran
Islam, dan dijalankan dengan baik pula. Pihak Hikmatul Iman pun
diterima dengan baik disana untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Umat Islam di Indonesia memang sedang dipecah-belah agar selalu tidak bersatu. Dengan cara Aanzetten
atau Mendorong / Menghasut , maka akan terjadi konflik yang
berkepanjangan. Cara ini terbukti sangat ampuh karena yang disentuh
adalah EGO. Membenturkan pendapat yang berbeda antara Ulama satu dengan
Ulama lain adalah cara yang dipakai sejak Zaman Christiaan Snouck Hurgronje sampai
sekarang. Umat dibuat lebih suka "berdebat" , daripada "berdiskusi"
untuk mencari kebenaran secara objektif. Dibuat pula budaya "Penindasan"
pada mereka yang berbeda paham atau pendapat. Vonis "Sesat" begitu
mudahnya dilontarkan pada pihak yang berbeda pendapat. Allah SWT
berfirman :
"Sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda pendapat" (QS. Adz-Dzariyaat ayat 8)
"Itulah
sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang
paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dia pulalah
yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. An-Najm ayat 30)
Tabayyun
atau konfirmasi memang sedang dibuat menjadi barang langka di Republik
ini. Untuk itu, kita lah yang harus waspada, jangan sampai terpancing
di dalam politik pemecahbelahan umat ini. Mengapa hal ini dibuat dan di
rekayasa ?, karena apabila umat terbesar di Negara ini saling
gontok-gontokkan , dan sibuk berantem sendiri, atau sampai terjadi
konflik horizontal , maka ketika kekayaan alam Negara ini di keruk ,
mereka menjadi tidak perduli, dan pihak asing lah yang bersorak. Juga
untuk mengalihkan perhatian dari urusan politik, agar mereka selalu
ber-polemik di kalangan sendiri . Mohon segera membuka pengetahuan dan
wawasan secara sangat luas, agar para pemeluk agama, baik itu Islam
maupun agama yang lain, tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang justru
akan membuat menyesal di kemudian hari.
Oleh karena itu, sebagai Muslim yang baik, kita akan menjalankan prinsip Tabayyun
dengan baik dan benar. Ketika muncul sebuah berita bersifat menghasut
kita akan konfirmasi pada pihak terhasut, apakah benar seperti itu
ataukah dipelintirkan hingga "terlihat" menjadi seperti itu. Para
penghasut biasanya bersembunyi dibalik kalimat "Al Haq" untuk menutupi
tujuan utamanya di dalam memecah belah umat, seperti itu pula yang
dilakukan oleh Christiaan Snouck Hurgronje.
Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia
Febuari 2013?
BalasHapusFebuari 2013?
BalasHapus