Senin, 02 Februari 2015

Christiaan Snouck Hurgronje

Abdul Ghaffar A.K.A Christiaan Snouck Hurgronje
Di dalam sejarah tanah air kita tercatat seorang yang bernama Christiaan Snouck Hurgronje (lahir di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857 – meninggal di Leiden, 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun) adalah orientalis Belanda. Tamat sekolah menengah, dia melanjutkan ke Universitas Leiden untuk mata kuliah Ilmu Teologi dan Sastra Arab, 1875. Lima tahun kemudian, dia tamat dengan predikat cum laude dengan disertasi Het Mekaansche Feest (Perayaan di Mekah). Tak cukup bangga dengan kemampuan bahasa Arabnya, Snouck kemudian melanjutkan pendidikan ke Mekkah, 1884. Di Mekkah, keramahannya dan naluri intelektualnya membuat para ulama tak segan membimbingnya. Dan untuk kian merebut hati ulama Mekkah, Snouck memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Ghaffar.

Namun, pertemuan Snouck dengan Habib Abdurrahman Azh-Zhahir, seorang keturunan Arab yang pernah menjadi wakil pemerintahan Aceh, kemudian "dibeli" Belanda dan dikirim ke Mekkah, mengubah minatnya. Atas bantuan Zahir dan Konsul Belanda di Jeddah JA. Kruyt, dia mulai mempelajari politik kolonial dan upaya untuk memenangi pertempuran di Aceh. Sayang, saran-saran Habib Zahir tak ditanggapi Gubernur Belanda di Nusantara. Karena kecewa, semua naskah penelitian itu Zahir serahkan pada Snouck yang saat itu, 1886, telah menjadi dosen di Leiden.

Habib Abdurrahman Azh-Zhahir (1878)
Snouck seperti mendapat durian runtuh. Naskah itu dia berikan pada kantor Menteri Daerah Jajahan Belanda. Snouck bahkan secara berani menawarkan diri sebagai tenaga ilmuwan yang akan dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang Aceh.

Pada 1889, dia menginjakkan kaki di Pulau Jawa, dan mulai meneliti pranata Islam di masyarakat pribumi Hindia-Belanda, khususnya Aceh. Setelah Aceh dikuasai Belanda, 1905, Snouck mendapat penghargaan yang luar biasa. Setahun kemudian dia kembali ke Leiden, dan sampai wafatnya,26 Juni 1936, dia tetap menjadi penasihat utama Belanda untuk urusan penaklukan pribumi di Nusantara.


Sosok Snouck memang penuh warna. Bagi Belanda, dia adalah pahlawan yang berhasil memetakan struktur perlawanan rakyat Aceh. Bagi kaum orientalis, dia sarjana yang berhasil. Tapi bagi rakyat Aceh, dia adalah pengkhianat tanpa tanding. Namun, penelitian terbaru menunjukkan peran Snouck sebagai orientalis ternyata hanya kedok untuk menyusup dalam kekuatan rakyat Aceh. Dia dinilai memanipulasi tugas keilmuan untuk kepentingan politik.

Selain tugas memata-matai Aceh, Snouck juga terlibat sebagai peletak dasar segala kebijakan kolonial Belanda menyangkut kepentingan umat Islam. Atas sarannya, Belanda mencoba memikat ulama untuk tak menentang dengan melibatkan massa. Tak heran, setelah Aceh, Snouck pun memberi masukan bagaimana menguasai beberapa bagian Jawa dengan memanjakan ulama.

Demikianlah sosok Snouck Hurgronje yang dianggap sosok kontroversial khususnya bagi kaum muslimin Indonesia, terutama kaum muslimin Aceh.

Pada tanggal 9 Juli 1891, Snouck ke Aceh, bahkan menetap di Kutaraja (kini Banda Aceh). Ia menjadi orang "kepercayaan" Joannes Benedictus van Heutsz, jenderal Aceh yang kemudian menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1904-1909). Pengamatannya menghasilkan tulisan Atjeh Verslag, berisi laporan kepada Belanda tentang alasan mengapa Aceh harus diperangi. Sekitar tujuh bulan kemudian kembali ke Batavia. Pekerjaannya bertambah menjadi Penasihat urusan Pribumi dan Arab. Lembaga yang didirikan 1899 ini bisa dipandang sebagai cikal bakal Departemen Agama.

Selama tujuh bulan Snouck berada di Aceh, sejak 8 Juli 1891. Di Aceh, dia dibantu beberapa orang pelayannya. Baru pada 23 Mei 1892, Snouck mengajukan Atjeh Verslag, laporannya kepada pemerintah Belanda tentang pendahuluan budaya dan keagamaan, dalam lingkup nasihat strategi kemiliteran Snouck. Sebagian besar Atjeh Verslag kemudian diterbitkan dalam De Atjeher dalam dua jilid yang terbit 1893 dan 1894. Dalam Atjeh Verslag-lah pertama disampaikan agar kotak kekuasaan di Aceh dipecah-pecah. Itu berlangsung lama, karena sampai 1898, Snouck masih saja berkutat pada perang kontra-gerilya.

Nasehat Snouck mematahkan perlawanan para ulama, karena awalnya Snouck sudah melemparkan isu bahwa yang berhak memimpin Aceh bukanlah uleebalang, tapi ulama yang dekat dengan rakyat kecil. Komponen paling menentukan sudah pecah, rakyat berdiri di belakang ulama, lalu Belanda mengerasi ulama dengan harapan rakyat yang sudah berposisi di sana menjadi takut. Untuk waktu yang singkat, metode yang dipakai berhasil.

Snouck mendekati ulama untuk bisa memberi fatwa agama. Tapi fatwa-fatwa itu berdasarkan politik Divide et impera. Demi kepentingan keagamaan, ia berkotbah untuk menjauhkan agama dan politik. Selama di Aceh Snouck meneliti cara berpikir orang-orang secara langsung. Dalam suratnya kepada Van der Maaten (29 Juni 1933), Snouck mengatakan bahwa ia bergaul dengan orang-orang Aceh yang menyingkir ke Penang. 
 
Namun taktik Divide et Impera jarang sekali ahli sejarah membahasnya secara detail, padahal itu sangat penting agar masyarakat menjadi waspada . Sekarang akan dibahas salah satu taktik atau cara pemecahbelahan umat yang sangat ampuh dan terbukti masih dipakai sampai sekarang. Bagian terpenting dari politik Divide et Impera adalah Aanzetten ( Mendorong/Menghasut ).

Cara ini terbilang sangat ampuh dan akan langsung mengenai sasaran pada masyarakat yang sudah jauh dari Tabayyun atau Konfirmasi , juga akan langsung diterima oleh mereka yang tidak mau berpikir secara baik . Allah SWT bewrfirman :

 "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."(QS. Al Hujuraat 6)

Firman Allah SWT yang memerintahkan agar kita selalu Tabayyun atau konfirmasi seharusnya kita junjung tinggi sebagai umat Islam , agar kita selalu damai dan tidak terjadi salah paham , dan tidak menyebabkan musibah pada suatu kaum . Akan tetapi kenyataannya sekarang , banyak sekali tokoh agama dan di masyarakat umum sekalipun , seolah-olah ayat ini hanya sekedar hafalan dan hiasan saja , makna dari perintah Sang Maha Pencipta tidak diindahkan sama sekali . Penghasutan dan pembentukan opini ini biasanya terjadi pada sebuah kelompok atau organisasi yang semakin membesar , dan mulai mengancam keberadaan kelompok atau organisasi lain .

Contoh kejadian , ini terjadi pada sebuah organisasi bernama Hikmatul Iman. Organisasi ini dibentuk pada pada tahun 1987 lalu di bulan April 1989 dibuatlah menjadi sebuah Yayasan bernama Hikmatul Iman. Kiprah awal adalah mengajarkan Bela Diri dan dikenal pula dengan nama LSBD Hikmatul Iman. Namun seiring perkembangan zaman dan juga tujuan awal dari Hikmatul Iman adalah Syi'ar Islam dan memakmurkan umat, maka agar tujuan tersebut bisa terealisasi dengan baik, proses adaptasi dengan berbagai kelompok di masyarakat harus dilakukan. Ini sangat penting  mengingat banyak sekali kelompok di masyarakat yang memiliki pengertian berbeda di dalam segala hal, misalnya pada pengamat ruang angkasa, kita harus berbicara dengan bahasa mereka, atau pada seorang pengamat UFO , kita tidak berbicara dengan bahasa lain selain bahasa yang "menyambung" dengan mereka. Semakin lama Organisasi ini semakin membesar karena mengedepankan aplikasi, dan mulai merambah pada bidang : Kesehatan , Teknologi, Budaya, Peradaban, dan sebagainya. Islam adalah rahmat bagi alam semesta, inilah yang terus diperjuangkan dalam bentuk "karya nyata".

Mulailah banyak pihak yang merasa terganggu, karena mungkin mengganggu eksistensi atau keberadaan . Sejak awal berdiri pun sebetulnya sudah banyak orang yang menjelek-jelekkan, ironisnya kebanyakan muncul dari pihak yang "katanya" mengedepankan Islam. Kejadian terakhir terjadi di salah satu kota di Jawa Barat, dimana sampai MUI kota tersebut mengeluarkan pernyataan tentang kejanggalan pemikiran pendiri Hikmatul Iman dan kegiatan Himatul Iman di bekukan di salah SMAN kota itu. Ini tidak akan terjadi apabila perintah Allah SWT mengenai Tabayyun ini dijalankan, bahkan ketika dari pihak Hikmatul Iman mendatangai Ketua MUI nya untuk konfirmasi  beliau menjaab dengan enteng "Ngarah Jempling" atau "Biar Hening" pihak yang setiap hari menekannya untuk menandatangani surat pernyataan.

Namun ada juga sikap yang wajib di contoh oleh semua kalangan agamawan. Sebuah Pesantren di Kota itu yang bernama Al-Ikhlas tidak terhasut, meskipun "sang penghasut" mengaku sebagai "pengamat aliran sesat". Ketika disuruh menandatangani pernyataan, salah satu pimpinan Pesantren itu menolak . Inilah unsur kehati-hatian yang sangat baik dari ajaran Islam, dan dijalankan dengan baik pula. Pihak Hikmatul Iman pun diterima dengan baik disana untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Umat Islam di Indonesia memang sedang dipecah-belah agar selalu tidak bersatu. Dengan cara Aanzetten atau Mendorong / Menghasut , maka akan terjadi konflik yang berkepanjangan. Cara ini terbukti sangat ampuh karena yang disentuh adalah EGO. Membenturkan pendapat yang berbeda antara Ulama satu dengan Ulama lain adalah cara yang dipakai sejak Zaman Christiaan Snouck Hurgronje sampai sekarang. Umat dibuat lebih suka "berdebat" , daripada "berdiskusi" untuk mencari kebenaran secara objektif. Dibuat pula budaya "Penindasan" pada mereka yang berbeda paham atau pendapat. Vonis "Sesat" begitu mudahnya dilontarkan pada pihak yang berbeda pendapat. Allah SWT berfirman :

"Sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda pendapat" (QS. Adz-Dzariyaat ayat 8)

"Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. An-Najm ayat 30)

Tabayyun atau konfirmasi memang sedang dibuat menjadi barang langka di Republik ini. Untuk itu, kita lah yang harus waspada, jangan sampai terpancing di dalam politik pemecahbelahan umat ini. Mengapa hal ini dibuat dan di rekayasa ?, karena apabila umat terbesar di Negara ini saling gontok-gontokkan , dan sibuk berantem sendiri, atau sampai terjadi konflik horizontal , maka ketika kekayaan alam Negara ini di keruk , mereka menjadi tidak perduli, dan pihak asing lah yang bersorak. Juga untuk mengalihkan perhatian dari urusan politik, agar mereka selalu ber-polemik di kalangan sendiri . Mohon segera membuka pengetahuan dan wawasan secara sangat luas, agar para pemeluk agama, baik itu Islam maupun agama yang lain, tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang justru akan membuat menyesal di kemudian hari.

Oleh karena itu, sebagai Muslim yang baik, kita akan menjalankan prinsip Tabayyun dengan baik dan benar. Ketika muncul sebuah berita bersifat menghasut  kita akan konfirmasi pada pihak terhasut, apakah benar seperti itu ataukah dipelintirkan hingga "terlihat" menjadi seperti itu. Para penghasut biasanya bersembunyi dibalik kalimat "Al Haq" untuk menutupi tujuan utamanya di dalam memecah belah umat, seperti itu pula yang dilakukan oleh Christiaan Snouck Hurgronje.

2 komentar:

Iklan

Komentar Terbaru

Prodimaar